Minggu, 08 April 2012

Hijrah Ke Madinah

Ketika Islam dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Madinah, bahkan berkembang pesat di kota itu, Rasulullah r kemudian mengizinkan kaum muslimin yang ada di Makkah untuk berhijrah.
Persiapan
Islam semakin berkembang di Madinah. Rasulullah r kemudian mengizinkan kaum muslimin yang ada di Makkah untuk berhijrah ke kota itu. Para shahabatpun segera mempersiapkan diri. Orang pertama yang direncanakan berangkat adalah Abu Salamah bin Abdul Asad dan isterinya Hindun binti Abi Umayyah (Ummu Salamah) c. Namun takdir Allah menentukan lain, Ummu Salamah tertahan di Makkah. Namun akhirnya dia keluar satu tahun kemudian bersama puteranya Salamah diiringi ‘Utsman bin Abi Thalhah yang ketika itu belum masuk Islam.
Sedikit demi sedikit, kaum muslimin meninggalkan Makkah hingga tidak ada yang tertinggal di kota itu kecuali beberapa orang termasuk Rasulullah r, Abu Bakr, dan ‘Ali bin Abi Thalib. Dan keduanya menunggu perintah Rasulullah r yang juga tengah menunggu perintah Allah kapan harus keluar meninggalkan Makkah.
Kaum musyrikin yang mengetahui para shahabat Rasulullah r telah pergi membawa harta, anak, dan isteri mereka ke negeri Aus dan Khazraj (Madinah), meyakini bahwa negeri tersebut akan membela dan melindungi Rasulullah r. Oleh karena itu mereka khawatir, jika Rasulullah r sampai menyusul, niscaya kaum muslimin akan memiliki kekuatan dan mereka tidak merasa aman dari serangannya. Maka sebelum hal itu terjadi, mereka bersepakat untuk membunuh Rasulullah r.
Suatu siang, datanglah Rasulullah r ke rumah Abu Bakr dan berkata: “Keluarkanlah siapapun yang ada di rumahmu.” Kata Abu Bakr: “Mereka adalah keluargamu juga, wahai Rasulullah.”
Rasulullah r berkata: “Allah telah mengizinkan saya keluar.” Abu Bakr berkata: “Saya yang akan menyertaimu, wahai Rasulullah?” Kata Rasulullah r: “Ya.”
Kemudian Abu Bakr mengatakan: “Ambillah salah satu kendaraanku ini, demi bapak dan ibuku tebusanmu.” Rasulullah berkata: “Dengan harga.”
‘Aisyah menceritakan: “Kemudian kami mempersiapkan segala sesuatu untuk bekal keberangkatan Rasulullah r dan Abu Bakr z. Asma bintu Abi Bakr memotong kain pinggangnya menjadi dua, satu untuk mengikat pinggang dan yang lain untuk membawa bekal tesebut. Dan sejak itu dia dijuluki Dzatu Nithaqain (Perempuan yang Memiliki Dua Ikat Pinggang).
Ibnul Qayyim mengisahkan (Zadul Ma’ad 3/54), Al-Hakim (dalam Al-Mustadrak) dari ‘Umar z, menceritakan bahwa Rasulullah r dan Abu Bakr zberangkat menuju gua Tsur. Dalam perjalanan itu, kadang-kadang Abu Bakr berjalan di depan, kadang di belakang Rasulullah r. Melihat hal ini, Rasulullah r bertanya, dan Abu Bakr z menjawab: “Wahai Rasulullah, kalau saya teringat pengintai dari depan, saya sengaja berjalan di depan. Kalau saya ingat kepada para pengejar, maka saya berjalan di belakang.”
Kata Rasulullah r: “Apakah kau ingin jika terjadi sesuatu, engkau yang mengalaminya, bukan aku?”
Kata Abu Bakr z: “Ya.”
Demikianlah, keduanya sampai dan bersembunyi di dalam gua. Sementara orang-orang kafir Quraisy yang kehilangan jejak, menyebar para pencari jejak hingga di mulut gua. Ketika itu Abu Bakr z berkata sebagaimana disebutkan dalam hadits Anas bin Malik z: “Wahai Rasulullah, seandainya salah seorang dari mereka melihat ke bawah, niscaya mereka melihat kita.”
Rasulullah r bersabda:

“Bagaimana menurutmu dengan (keadaan) dua orang di mana Allah adalah yang ketiganya. Janganlah bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (Shahih, HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Di dalam Shahih Al-Bukhari disebutkan bahwa Abdullah bin Abi Bakr selalu bermalam di gua bersama Rasulullah r dan Abu Bakr. Dia seorang pemuda yang cerdik. Sebelum fajar dia sudah berkumpul kembali di tengah orang-orang kafir Quraisy untuk mendengar berita dari mereka dan menyampaikannya kepada Rasulullah r dan Abu Bakr z. Sementara salah seorang bekas budak yang dimerdekakan Abu Bakr, ‘Amir bin Fuhairah senantiasa menggembalakan kambingnya di sekitar gua dan memerahkan susu untuk Rasulullah r dan Abu Bakr. Demikianlah hal ini berjalan selama tiga malam.
Kisah Suraqah bin Malik
Setelah berusaha mencari dan menyebar ke seluruh pelosok Makkah, mereka tidak juga menemukan Rasulullah r dan Abu Bakrz. Akhirnya, mereka membuat sayembara, siapa yang berhasil membawa Rasulullah r dan Abu Bakrz hidup atau mati, akan diberi hadiah. Sementara Rasulullah r dan Abu Bakr zmulai meninggalkan Makkah menyusuri tepi pantai menuju Madinah.
Sesampai di daerah Bani Mudlij, seseorang melihat mereka dan melapor kepada Suraqah bin Malik bin Ju’syum. Berita ini ditolak oleh Suraqah. Namun, diam-diam dia memerintahkan budaknya membawa kuda dan tombak keluar dari belakang rumah (dan disuruh) menunggu di balik gunung.
Setelah itu, dia memacu kudanya mengejar Rasulullah r dan Abu Bakr z. Abu Bakrz yang mengetahuinya berkata: “Ya Rasulullah, lihat Suraqah bin Malik menyusul kita.” Rasulullah r pun berdoa. Akhirnya Suraqah beberapa kali terjungkal dari kudanya. Kemudian dia menyerah dan meminta Rasulullah r dan Abu Bakrz berhenti. Setelah berbicara dengan Rasulullah r, Suraqah meminta dituliskan kesepakatan. Dan ini tetap dipegangnya hingga peristiwa Fathu Makkah. Kemudian dia menyerahkan tambahan perbekalan kepada rombongan Rasulullah r, namun keduanya mengatakan: “Tidak. Tapi alihkan perhatian para pengejar dari kami.”
Maka setelah itu setiap kali bertemu dengan para pencari jejak rombongan Rasulullah r, Suraqah selalu mengatakan: “Saya sudah mencari berita dan tidak terlihat yang kalian cari.” Demikianlah, awalnya dia berusaha menangkap Rasulullah r dan Abu Bakr z, pada akhirnya dia menjadi pelindung mereka.

Kisah Ummu Ma’bad
Ibnul Qayyim tmenceritakan: “Rombongan Rasulullah r melanjutkan perjalanan dan singgah di kemah Ummu Ma’bad, yang tinggal di padang pasir (dan suka) memberi makan dan minum para kelana yang singgah di tempatnya.”
Rombongan singgah di sana dan menanyakan apa gerangan yang dimilikinya. Ummu Ma’bad mengatakan tidak ada kecuali kambing yang jauh dari tempat gembalaan. Selanjutnya Rasulullah r minta izin untuk memerah susunya. Ummu Ma’bad pun mengizinkan.
Rasulullah r  dengan menyebut nama Allah, mengusap susu kambing tersebut lalu berdoa. Memancarlah susu kambing itu yang kemudian ditampung di sebuah bejana. Beliau menyuruh Ummu Ma’bad minum, setelah itu para shahabatnya, baru kemudian beliau sendiri. Setelah semua puas, beliau memenuhi bejana itu kembali dan meninggalkannya di sana, kemudian melanjutkan perjalanan.
Tak lama kemudian, Abu Ma’bad suami Ummu Ma’bad pulang dan terheran-heran melihat bejana yang penuh dengan air susu. Dia bertanya dari mana ini? Ummu Ma’bad mengatakan bahwa baru saja singgah seorang lelaki penuh berkah dengan sifat demikian dan demikian. Mendengar keterangan isterinya, Abu Ma’bad segera meyakini bahwa orang itulah yang dicari-cari Quraisy. Dan dia bertekad seandainya punya kesempatan akan menemuinya.
Tiba di Madinah
Orang-orang Anshar yang  mendengar berita keluarnya Rasulullah r dari kota Makkah berusaha menyambut. Setiap hari dari pagi hingga matahari menyengat, mereka menunggu kedatangan rombongan Rasulullah r di pinggiran kota. Namun hingga beberapa hari belum juga tampak.
Pada hari ke-12 bulan Rabi’ul Awwal, mereka menunggu seperti biasa. Ketika matahari mulai terik, mereka pun bersiap untuk kembali ke rumah masing-masing. Seorang Yahudi yang ketika memanjat rumahnya untuk suatu keperluan, melihat bayangan dari jauh dan tidak dapat menahan dirinya. Dengan lantang dia berteriak bahwa yang ditunggu-tunggu telah datang.
Mendengar hal itu, orang-orang Anshar bergegas menyandang senjata dan menuju ke pinggiran kota menyambut rombongan Rasulullah r. Kaum muslimin bertakbir gembira dengan kedatangan rombongan Rasulullah r ini. Mereka mengucapkan sambutan dan salam hormat menurut syariat Islam. (Bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar