Artikel Lepas
26/6/2012 | 06 Shaban 1433 H Please wait
Oleh: Hanami Kireina
Ilustrasi. (hedisasrawan.blogspot.com)

copas dari=> dakwatuna.com - Sepotong hati memang acap kali
terbolak-balikan, seperti me-ji-ku-hi-bi-ni-u dalam pancaran pelangi. Susah,
senang, bahagia, sedih, kasih, sayang, cemburu, cinta dan yang saat ini populer
adalah GALAU.
Galau, sebuah kata sifat yang banyak menghiasi tampilan
status jejaring sosial, desiran kata, dan tentunya sering menyelimuti atmosfir
suasana hati seseorang. Bukan hanya dirasakan oleh para ABG saja, orang yang
sudah lanjut pun ikut merasakannya. Rasanya asam, kecut manis pahit berbaur
jadi satu.
Galau, sebuah suasana hati yang meresahkan, membuat sang
hati tak tenang dan tak jarang sangat berpengaruh pada perilaku seseorang. Yang
biasa riang jadi garang, yang biasanya semangat jadi terasa penat, yang
biasanya aktif jadi pasif, yang biasanya suka jadi duka, yang biasanya gembira
jadi bencana, yang biasanya syukur jadi kufur, yang biasanya cinta jadi
menderita…
Ah… galau. Ada apa denganmu? Saat ku butuhkan bara api
semangat, malah kau padamkan dengan mengajak hatiku pada suasanamu… Bilakah kau
tahu, seandainya aku tanpa dirimu…
Bagaimanapun, seorang manusia dewasa. Manusia yang semakin
spesifik akan setiap permohonan dalam untaian doanya, bukan hanya memandang
hanya apa yang diinginkan hatinya, kadang juga berfikir apakah itu semua pantas
untuk ia sandang, apakah pantas untuk ia dapatkan, dan apakah benar – benar sejatinya
pantas untuk dirinya. Manusia dewasa yang telah diberikan kemampuan untuk
mengelola suasana hatinya, mengendalikan sebuah warna yang akan menyinari warna
hatinya. Apakah hanya akan berlama – lama untuk mempertahankan warna hijau?
Mempercepat datangnya warna merah? Menghilangkan warna kuning? Atau konsisten
untuk seberkas warna merah jambu? Ataukah putih? Ya, seseorang yang dewasa
dialah sang ahli dalam memanage hati. Menjadikan proporsinya pas untuk
dikonsumsi oleh suasana ruhiyahnya, bahkan untuk kondisi fisiknya.
Ketika problematika datang bertubi – tubi, kesedihan
menghampiri, gelisah yang menggelayuti, iri melihat sana – sini. Bilakah galau melanda, menyusup perlahan
ataupun dengan cepatnya membalikkan hati yang tenang, menjadikannya resah gelisah
dan tak tahu harus bagaimana lagi. Terdapatlah 8 penawar yang insya Allah akan
membalikkan hati kita menjadi hati yang bersuasana ideal, tenteram dan nyaman
1. Dzikrullah (mengingat kepada Allah)
“(Yaitu) orang – orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati
menjadi tenteram.”
2. Membaca Al-Qur’an
Sebuah kapal selam akan tetap bertahan di dalam air dengan
tanpa masalah sedikit pun, walau di permukaan bumi terjadi berbagai guncangan
keadaan dia tetap bertahan, berjalan dengan pasti tak ada pengaruh bisikan sana
– sini, yang ada dia hanya bersikukuh untuk meneruskan perjalanannya sembari
menikmati indahnya aneka makhluk di dasar laut.
Rasakanlah tenteramnya saat membaca ayat suci yang memang
original buatan Yang Maha Pemilik Hati, sekalipun kita tak mengerti terjemahan
dalam bahasa Indonesianya, tapi adalah perasaan yang berbeda dibandingkan
dengan membaca buku – buku biasa, terlebih jika kita telah mengetahui arti dari
ayat – ayat yang telah kita baca, subhanallah. Ya, karena Al – Qur’an memang
istimewa.
3. Menjauhi maksiat
Bagaimana caranya hati kita menjadi tenteram, sementara hati
kecil kita terus menolak akan kebenaran palsu (maksiat) yang kita lakukan?
Segera tinggalkan, seburuk – buruknya hati pasti akan merasa tak nyaman jika
kita melakukan kesalahan. Karena, sejatinya fitrah hati adalah suci. Dan ini
tentang bagaimana orang yang diamanahi hati untuk tetap menjaga kesuciannya.
Apakah akan tetap terjaga dalam kesuciannya, ataukah merelakannya untuk
ditutupi oleh kebenaran palsu dan keindahan yang semu.
4. Menjauhi ketergantungan pada makhluk
Apa yang membuatmu ragu untuk melakukannya dengan tegaknya
pijakanmu sendiri? Kita sama, kita bisa. Coba dulu deh & rasakan sensasinya.
Optimis.
5. Perbanyak ibadah
Sibukkan diri dengan ibadah, karena segala sesuatu yang kita
lakukan, memang surga adalah obsesinya. Bagaimana caranya untuk meraih surga?
6. Yakin dengan pertolongan Allah.
Bukankah Allah itu dekat? Allah akan sesuai prasangka
hambaNya.
7. Memperhatikan bukti kekuasaan Allah
Lihat sekeliling kita, betapa mentari dengan cerahnya
menyambut kita, betapa malam yang selalu setia menina bobo kan kita dalam
ketenangannya. Lihatlah betapa ilmu terbentang luas, dan apakan sedikit pun
telah kita genggam dengan penguasaan? Rasakan setiap apa kita hirup, sebuah
proses yang terus berulang tanpa ada keluh kesah karena segalanya telah
berjalan pada koridor kebenaran yang tepat
8. Bersyukur
Dan Allah akan memberi balasan dan menambah nikmat-Nya
kepada orang-orang yang bersyukur. Qur’an: Surat Ali Imran: 144.
Coba membiasakan diri mencatat, setiap hari, semua hal baik
yang terjadi pada kita hari itu. (Keep a gratitude journal). Sudahkah kita
mensyukuri apa yang kita dapatkan? Apa yang kita rasakan? Apa yang kita
peroleh? Sudahkah?
Wallahua’lam…
—
Oleh – oleh dari kajian sore KMFM UGM @MMU.
Sumber:
http://www.dakwatuna.com/2012/06/21304/belajar-dengan-hati-ketika-hati-selalu-galau/#ixzz1zO1WvLlI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar